Jakarta -
Para penambang emas skala kecil atau penambang emas rakyat mengaku
menikmati lonjakan harga emas dunia yang belakangan ini merayap naik.
Para penambang emas ini bisa meraup rata-rata keuntungan Rp 30 juta per
hari.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Pertambagan Emas Rakyat Indonesia (Asperi) Syamsuddin Said kepada detikFinance, Senin (13/12/2010).
"Prospek, para penambang senang sekali, tambah rajin menambang," katanya.
Ia mengatakan saat ini anggota penambang emas rakyat tersebar di 15 provinsi. Jumlahnya mencapai lebih dari 100.000 orang yang beroperasi di area-area penambangan di seluruh Indonesia.
Said menambahkan para penambang emas rakyat benar-benar sedang menikmati masa puncaknya. Selain, tak banyak kendala terhadap perizinan di pemerintah daerah, juga kondisi konflik antar para penambang emas relatif kecil.
"Biasanya ada gejolak, mereka saling berkelahi, sekarang relatif tak ada," jelasnya.
Said menuturkan dalam kasus penambangan emas rakyat di Palu Sulawesi Tengah rata-rata perharinya total para penambang emas di Palu bisa menghasilkan emas 20-30 Kg per hari. Hal ini menurutnya menjadi penggerak ekonomi di masyarakat sekitarnya.
"Di Sulawesi Tengah per hari 20-30 kg, tapi bukan emas 24 karat namun emas 18 karat, harga Rp 300.000," katanya
Ia mengatakan rata-rata penambang emas perorangan perharinya bisa mendapatkan 100 gram emas. Hal ini sangat tergantung jumlah alat pengolah emas termasuk tromol yaitu alat penggiling material, juga keberuntungan para penambangnya menemukan lokasi-lokasi yang memiliki deposit besar.
"Satu penambang tergantung yah, satu tromol bisa menghasilkan 3-4 gram. Rata-rata mendapat 100 gram kalau dikalikan harga sekarang ini bisa Rp 30 juta," jelasnya.
Dikatakannya meski dinamai penambang emas rakyat, namun untuk terjun ke usaha penambangan emas paling tidak harus memiliki modal Rp 100-500 juta. Menurutnya yang paling menentukan dari usaha ini adalah biaya produksinya yang begitu tinggi.
"Keuntungan menggeliat sekali, keuntungan kira-kira 70%," katanya.
Ia mengatakan pada kasus penambangan emas di Palu Sulawesi Tengah, menurunya sampai saat ini pihak pemda tak terlalu keras terhadap penambang emas rakyat. Asalkan si penambang emas tidak merusak lingkungan dengan menghindari penggunaan bahan-bahan berbahaya seperti mercury.
Ia juga mengaku secara blak-blakan banyak anggotanya belum memberikan kontribusi terhadap penerimaan pajak. Ia beralasan karena penambangan emas rakyat ini lebih bersifat perorangan saja, termasuk dalam hal perizinannya.
"Hanya melapor ke kepala desa dan ketua adat. Mereka dipantau oleh pemda. Sumbangan (pajak) ke pemda hampir belum ada, seharusnya ada," katanya.
Meski patut diakui masalah penambangan emas rakyat ini sering mendapat kritikan dari para LSM lingkungan hidup karena rentan merusak lingkungan dalam proses produksinya.
Diberitakan sebelumnya puncak harga emas sudah tercapai pada 7 Desember 2010 lalu ketika harga menembus US$ 1.430,90 per ounce. Harga tersebut diperkirakan merupakan harga puncak di tahun ini, dan selanjutnya harga emas akan berada pada posisi netral dan memasuki fase konsolidasi.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Pertambagan Emas Rakyat Indonesia (Asperi) Syamsuddin Said kepada detikFinance, Senin (13/12/2010).
"Prospek, para penambang senang sekali, tambah rajin menambang," katanya.
Ia mengatakan saat ini anggota penambang emas rakyat tersebar di 15 provinsi. Jumlahnya mencapai lebih dari 100.000 orang yang beroperasi di area-area penambangan di seluruh Indonesia.
Said menambahkan para penambang emas rakyat benar-benar sedang menikmati masa puncaknya. Selain, tak banyak kendala terhadap perizinan di pemerintah daerah, juga kondisi konflik antar para penambang emas relatif kecil.
"Biasanya ada gejolak, mereka saling berkelahi, sekarang relatif tak ada," jelasnya.
Said menuturkan dalam kasus penambangan emas rakyat di Palu Sulawesi Tengah rata-rata perharinya total para penambang emas di Palu bisa menghasilkan emas 20-30 Kg per hari. Hal ini menurutnya menjadi penggerak ekonomi di masyarakat sekitarnya.
"Di Sulawesi Tengah per hari 20-30 kg, tapi bukan emas 24 karat namun emas 18 karat, harga Rp 300.000," katanya
Ia mengatakan rata-rata penambang emas perorangan perharinya bisa mendapatkan 100 gram emas. Hal ini sangat tergantung jumlah alat pengolah emas termasuk tromol yaitu alat penggiling material, juga keberuntungan para penambangnya menemukan lokasi-lokasi yang memiliki deposit besar.
"Satu penambang tergantung yah, satu tromol bisa menghasilkan 3-4 gram. Rata-rata mendapat 100 gram kalau dikalikan harga sekarang ini bisa Rp 30 juta," jelasnya.
Dikatakannya meski dinamai penambang emas rakyat, namun untuk terjun ke usaha penambangan emas paling tidak harus memiliki modal Rp 100-500 juta. Menurutnya yang paling menentukan dari usaha ini adalah biaya produksinya yang begitu tinggi.
"Keuntungan menggeliat sekali, keuntungan kira-kira 70%," katanya.
Ia mengatakan pada kasus penambangan emas di Palu Sulawesi Tengah, menurunya sampai saat ini pihak pemda tak terlalu keras terhadap penambang emas rakyat. Asalkan si penambang emas tidak merusak lingkungan dengan menghindari penggunaan bahan-bahan berbahaya seperti mercury.
Ia juga mengaku secara blak-blakan banyak anggotanya belum memberikan kontribusi terhadap penerimaan pajak. Ia beralasan karena penambangan emas rakyat ini lebih bersifat perorangan saja, termasuk dalam hal perizinannya.
"Hanya melapor ke kepala desa dan ketua adat. Mereka dipantau oleh pemda. Sumbangan (pajak) ke pemda hampir belum ada, seharusnya ada," katanya.
Meski patut diakui masalah penambangan emas rakyat ini sering mendapat kritikan dari para LSM lingkungan hidup karena rentan merusak lingkungan dalam proses produksinya.
Diberitakan sebelumnya puncak harga emas sudah tercapai pada 7 Desember 2010 lalu ketika harga menembus US$ 1.430,90 per ounce. Harga tersebut diperkirakan merupakan harga puncak di tahun ini, dan selanjutnya harga emas akan berada pada posisi netral dan memasuki fase konsolidasi.
Sumber : detikfinance
No comments:
Post a Comment
Komen silakan.