GAGASAN NASIONALISME YANG BERBEDA
Ditulis Untuk OGkarir! Membangun SDM
Oleh : Keanu Sulaiman R
Ratusan Negara yang ada didunia ini
“menjual” gagasan nasionalisme untuk negaranya. Diluar sudut pandang politis
maka ekonomi suatu Negara diluar sudut pandang politis, nilai kapitalisasi riil
suatu Negara terletak pada gagasan nasionalismenya dan memang terlihat sama
namun dalam strateginya berbeda.
Rata-rata Negara memiliki pandangan
kualitatif yang sampir sama, kesejahteraan rakyak dan keamanan Negara, namun hal
itu hampir tidak member manfaat selama itu masih pandangan kualitatif,
perbedaan suatu Negara adalah pandangan KUANTITATIFNYA, yang akhirnya bermuara
pada perbedaan yang sangat menyolok mengenai strategi pertumbuhan ekonomi dan
urut-urutan indikatornya.
Sesungguhnya suatu Negara ekonominya
tumbuh akibat tindakan swasta atau non pemerintah, baik UKM hingga super power
company, namun kelompok ini dalam volalitasnya tidak akan member manfaat yang
signifikan bagi tumbuhnya suatu kapitalisasi murni suatu Negara apabila
didukung gagasan strategis pemerintah tentang membangun suatu aksi ekonomis
suatu Negara.
Kami membuat suatu teori bahwa ada
tiga tipe pertumbuhan kapitalisasi suatu Negara, yang terg=diri dari :
1.
Negara Seimbang, yaitu Negara yang
memiliki gagasan nasionalisme secara kualitatif yang seimbang, kesejahteraan
rakyat dan pertumbuhan ekonomi berjalan dengan seimbang, ekspansi (diluar
negeri) dibuat hanya untuk mencukupi kebutuhan konsumsi negaranya secara riil
(sekali lagi secara riil, bukan raport rekayasa),hukum Negara cenderung
dijalankan dengan baik, pendapatan
perkapita sangat ideal dan biasanya ini adalah Negara maju seperti Amerika dan
Negara eropa pada umumnya serta Jepang dari Asia
2.
Negara Berkembang, Negara yang
melakukan ekspansi investasi luar negeri biasanya dengan sangat ekstrim, misi
Negara seperti ini adalah membangun kekuatan dari negaranya, Negara seperti ini
membelanjakan Anggaran Belanja Negaranya untuk infrastruktur dan membangun
konglomerasi rakyatnya Diluar Negeri, kami menduga Negara seperti ini menganut
system TRICKLE DOWN TEORI YANG TELAH
DIINOVASI KEMBALI, Negara ini membangun konglomerat-konglomerat baik korporasi
maupun individual dari rakyatnya sendiri dan perusahaan dinegaranya sendiri,
namun diluar negeri, Pemerintah Negaranya mendukung Konglomerat-Konglomerat
Menjadi Tuan Dinegara Orang Lain, untuk tipe ini kami menempatkan Cina, Taiwan, Korea dan Malaysia sebagai
Negara berkembang yang mampu diidentikasikan.
3.
Negara Penghasil Bahan Pokok,
Sebelum kami melanjutkan tulisan kami, Kalau Negara maju
adalah Amerika, Eropa dan Jepang dan Negara berkembang adalah Cina, Taiwan,
Korea dan Malaysia, maka disini Indonesia untuk saat ini hanya sebagai Negara
penghasil bahan pokok saja, maaf belum masuk sampai level Negara Berkembang, SDA
alam yang dimiliki hanya sebagai bahan dagangan utama berbeda dengan Negara
lain yang mampu menjadikan SDA Negara lain sebagai produk turunan bukan hanya
sekedar menjual bahan baku.
Dengan system gagasan ekonomi yang tergantung potensi
SDA seperti ini, maka Indonesia
akan tergantung dengan Negara maju dan
Negara berkembang untuk kemampuan financial dan kemampuan SDM, perkiraan kami,
apabila Indonesia dan rakyatnya tidak mau mengubah strategi nasionalismenya, masih
menyukai adu domba politis, adu domba ada suku yang lebih dari suku yang lain,
adu domba agama dan tidak sempat memperbaharui gagasan nasionalismenya
“mempersiapkan fasilitas yang maksimal, adil dan jujur kepada generasi mudanya”
maka dalam 1 dekade setelah 2010 ini,
sekurangnya 50% asset SDA dimiliki oleh asing tidak peduli alasan mitigasi
risiko “itu hanya kontrak karya 30 tahun dll, karena 30 Tahun juga merupakan
kesempatan membangun SDM yang sama hebatnya” karena sumber daya manusia
dinegara ini hanya mau melelahkan diri, tidak memakai logika bahwa sekarang
secara berangsur-angsur Negara ini sudah dijajah secara ekonomi dan apabila
ekonomi Negara ini sudah dijajah, maka jangan tertawa melihat Negara miskin
seperti Ethiopia dan Somalia misalnya, itu dapat terjadi dengan rakyat
Indonesia dalam 10 tahun kedepan apabila tidak mau berubah, walaupun SDA nya
masih melimpah, kemiskinan tetap dapat terjadi.
Ketika banyak asset Negara yang mulai dijual dengan pihak
asing karena ketidakmampuan SDM untuk bersaing dengan warga dunia lainnya, baik
dari BUMN hingga perusahaan swasta murni milik rakyat Indonesia, Cina, Taiwan,
Korea dan Malaysia berlomba membangun konglomerasinya dinegara lain didunia,
katakanlah Cina, ini Negara hebat dalam gagasan berpikirnya, diluar pandangan
lain, kami melihat pemerintah Negara ini mencintai rakyatnya, mereka bekerja
keras untuk menghidupi rakyatnya dengan 1,2 Milyar Jiwa, tahun 2010 ini mereka
dengan pengusaha lokalnya melakukan investasi di 30 Negara Afrika dengan nilai
investasi USD 8 Milyar, bukan hanya untuk trading saja namun mempersiapkan
bahan baku untuk dapat diproses sebagai produk turunan yang SDM nya sudah
mampu, belum lagi cerita Malaysia dan bisnis BBM nya diluar negeri yang harus
kita contoh dan diinovasi kembali.
Apa maksud dari tulisan ini tidak ada lain untuk membangun
kembali nasionalisme seluruh rakyat Indonesia dari hal kecil hingga hal yang
besar, jangan mau lagi diadu domba walau itu sudah mendarah daging selama
penjajahan selama 350 tahun (katanya juga). Namun lebih beralih kepada suatu
gagasan bahwa masih banyak hal yang baik yang masih ada dinegara ini dan
apabila kita mau sepakat, maka seperti mengutip perkataan teman saya dari
Seattle mengatakan demikian : “Apabila Kalian mau belajar dari kesalahan dan
tidak melakukan hal yang sama sekarang dan dimasa depan, maka Indonesia adalah
Negara terkaya didunia”
-
Jangan Risih belajar bahasa Asing,
karena komunikasi itu penting, belajarlah bukan dengan target waktu namun
dengan target “goal setting”
-
Penting Sekali untuk memiliki impian
karena itu yang akan menjadi realitas
Untuk itulah kami sangat menyukai
ada individu yang membangun web atau media untuk membangun SDM, karena SDA
Indonesia yang luar biasa ini harus diakomodir oleh SDM yang diatas rata-rata
dan itu bisa.
Salam Sukses untuk kalian semua
Keanu Sulaiman R.
Penulis merupakan
pengamat ekonomi internasional
No comments:
Post a Comment
Komen silakan.